Part 4,
" aku ikut sama kalian, tapi ini masih hujan, ntar basah gimana.? "
"Tenang, jas hujannya siap sedia, kalau gak kita tunggu aja sampai hujannya lumayan reda nanti ".
" baiklah, ohya, Btw, Rangga gak ikutan?
" gak nay, katanya sih dia uda ada janji sama Andien ".jawab ridho yang bersama- sama nayla berjalan menuju ujung sekolah bagian kanan, tepatnya di lapangan parkir, disana telah terlihan Anggi, Alex Dan Rizki. Mereka menunggu kehadiran Ridho yang tak diasangka bersama Nayla. Mereka pun perlahan mendekat, dan saling menyapa dengan sebuah senyuman yang indah. " Nayla, kenapa masih disini kamu belum pulang, " tanya Rizki yang berjalan mendekat dan sesekali melirik jam tangannya, untuk memastikan jarum jam masih terlihat dalam porosnya.
" Siska, ada dirumah Sakit, Nayla juga mau kesana untuk ngeliat kondisi Siska, jadi kita barengan aja, " ujar ridho.
" hahay, ide bagus tu bray" ceplos Riski tanpa sengaja, dan bahkan hampir tak tau kalimat apa yang diucapkan sebelumnya, " apanya yang bagus, " tanya alex ragu,
" bagus lah kalo ratu arwana ada disini, hahahaa" tegas rizki yang membuat semua orang terenga- enga keheranan, ucapan rizki sungguh menggelikan. " ratu arwana monyong loe, tonggos, gue lempar loe skali lagi ngomong gitu, " tegas alex lagi sambil merangkul tubuh rizki, dwn merekapun saling bercanda seperti biasanya, sedangkan nayla dan ridho hanya tersenyum geli, menahan tawa yang tak mampu mereka tuturkan, sedangkan Anggi hanya terdiam sambil melihat- lihat isi handphone miliknya.
" gue gak rela, nayla jadi ratu loe, bagi- bagi napa, eeeh " geram alex yang perlahan mulai menjambak rambut rizki.
" woy lex, lepasin.. sakit ni, loe nariknya kencang banget, " keluh rizki lagi, measa tak tahan lagi.
Dan tampak dari ujung pagar sekolah sebuah mobil mewah berwarna hitam mengkilat berjalan perlahan kearah meraka, dibawah rintikan hujan yang menambah kemewahan dari cat hitam mengkilat sisi mobil. Klaksound, mengejutkan semua orang, menghentikan candaan dari rizki dan alex, juga nayla yang masih asik memerhatikan tingkah kedua makhluk tersebut,
" nay, itu mobil kamu kan?!" Tanya Ridho dengan yakinnya dan berbalik arah memerhatikqn laju mobil tersebut.
" i.i.iya, aku lupa ngasih kabar ke pak agus, aduh gimanani "
" ya, kan gak apa apa juga ntar dia bisa balik sendiri, " jawab ridho
" iya sih tapi kan gak enak, buat dia capek - capek kesini. "
Mereka masih memerhatikan mobil tersebut yang semakin dekat dan semakin merapat.
" eh nay, itu mobil loe, waah keren banget coy " tanya rizki dengan wajah herannya yang tampak kampungan.
" gak usah kampungan gitu ki,,," jawab alex , yang semakin jengkel melihat sikap sahabatnya itu.
Disisi lain mobil tersebut berhenti dan seorang lelaki tua berusia kira kira setengah abad itu, dengan memakai sebuah payung yang besar, dan satunya lagi berada di tangan kirinya, dan dia adalah pak Agus yang di maksud sebagai supir Nayla, lelaki itu kini berdiri tepat dihadapan mereka.
" pak, maaf sebelumnya nayla lupa ngabarin bapak, karna hari ini nayla mau pgi ke rumah sakit untuk ngunjungin siska bareng teman -teman, jadi nayla mau pergi sama mereka. "
" iya masalah itu gak apa- apa, tapi tadi ibuk nyuruh saya bawak nak nayla ke bandara karena katanya tuan mau berangkat ke singapura, jadi kayaknya kita harus pergi sekarang " tegas pak Agus sambil mengacungkan payung untuk nayla.
" ayah ke singapur? Kok memdadak sih? "
" yaudah nay pergi aja, kami pergi berempat aja, " jawab Alex
" tapi aku mau ngejenguk siska juga, "
" gak apa kamu bisa pergi lain waktu, ntar biar kami temenin juga gak apapa kok, " sambung rizki
" tapi kan kalian gatau ica dirawatnya dimana"
" iya gak apa nay, ntar Waktu nyari tempatnya aku hubungin ica aja. " jawab Ridho dengan tenangnya.
Ica adalah sepupu dari siska yang juga bersekolah di sekolah yang sama dengan mereka.
" baiklah, yaudah aku duluan ya. " dengan berat nayla menyetujui saran mereka dan segera berbalik arah meninggalkan teman- temannya disekolah yang perlahan mulai sepi sunyi dan yang terdengar hanyalah rintikan hujan.
Nayla berlalu, berjalan menggunakan payung dan masuk kedalam mobil hingga mobil indah itu bergerak dengan perlahan dan sedikit demi sedikit wujudnya pun hilang tengglam dalam rintikan hujan dan kabut yang kelam.
Sedangkan Anggi sedari tadi hanya duduk manis terdiam, Ridho,Alex, rizki asyik dengan candaan khas mereka manantikan redanya hujan agar dapat segera melanjutkan perjalanan mereka menuju rumah sakit tempat sisika di rawat.
Hari mulai larut, hujan telah berhenti berjatuhan, dan yang tertinggal hanya butiran air yang melekat pada pepohonan yang mengelilingi halaman rumah yang sangat indah itu , rumah yang sangat asri, berada di kompleks perumahan yang tak jauh dari pusat kota. Nayla adalah satu-satunya gadis yang ada di rumah itu, memiliki seorang kakak dan seorang adik yang merupakan seorang laki - laki.
Kakaknya bernama Andre, yang kini sedang melanjutkan kuliahnya dengan beasiswa di Eropa tepatnya negara Jerman. Walaupun berjauhan tetapi hubungan mereka tetap lancar.
Dan Ikbal adalah adiknya yang masih bersekolah di kelas 3 sekolah dasar. Ayah nayla adalah seorang pengusaha biasa yang sering melakukan perjalanan bisnis baik luar kota, luar provinsi, maupun luar negeri, dan yang selalu ada baik saat suka dan duka adalah mamanya nayla, ia sering menghabiskan waktu luangnya dengan nayla dan ikbal, walau memiliki beberapa usaha, ia juga menyempatkan diri bersama anak- anaknya yang kini beranjak dewasa dan memerlukan perhatian lebih, jadi sefala usahanya itu diambil alih oleh bunda nya, yang bekerjasama juga dengan ibunya rangga.
Tapi belakangan ini, nayla lebih sering menghabiskan waktunya di luar rumah, ia harus mengikuti beberapa les dan kursus, senin hingga rabu dihabiskan mengikuti les pelajaran eksak, Jumat untuk les bahasa, dan sabtu latihan seni, baik tari, rupa, suara atau musik, segalanya dipelajari, karne nayla adalah seorang gadis yang sangat berbakat sedangkan hari Minggu dihabiskannya separuh berolahraga dan separuhnya lagi untuk beristirahat dirumah.
Malam itu suasana sangat sepi, semua orang tidak ada di rumah, nayla hanya tinggal bersama seorang asisten rumah tangga yang pada saat itu sedang berada didapur, sedangangkan Nayla sibuk membaca banyak buku yang baru saja dia pinjam diperpustakaan sekolah kemarin.
Dengan di temani secangkir susu coklat panas, Nayla berjalan menuju balkon kamarnya yang berada dilantai atas, perlahan Nayla membuka pintu dan berjalan kesebuah meja khusus miliknya yang digunakan untuk membaca pada saat - Saat yang santai seperti ini.
Malam itu sangat gelap bulan dan bintang bahkan tak terlihat, sepertinya masih tertutupi oleh awan mendung yang belum berlalu, walaupun begitu untunglah hujannya telah lama berhenti dan yang tertinggal hanyalan tiupan angin malam yang sejuk membawa hawa dingin yang di dapat dari efek hujan yang berkepanjangan tadi.
Nayla mulai merasakan dan menikmati kesejukan itu dengan perlahan, kesejukannya masuk hingga ke tulang dan.sendi - sendi. Semakin nikmat dan suasana yang mendukung untuk mulai belajar.
( nyyyiiieeet) terdengar bunyi pintu dari tempat yang jauh. Di seberang tepat di hadapan nayla keluar seorang pria yang bertubuh tinggi dan rambut yang basah, seperti baru selesai mandi, terlihat dari pakaiannya dan tubuhnya yang Masih sedikit basah.
Lelaki itu adalah tetangganya, rumah mereka tepat bersebelahan, dengan dekorasi yang hampir serupa, dan kamar mereka pun berhadapan, tampak pula berbagai kemiripan bentuknya serupa hanya berbeda dibagian cat dalam kamar mereka dan dekorasi yang ada, antara seorang gadis dan seorang pria.
Walaupun begitu, mereka bukanlah teman akrab, setiap bertemu mereka hanya mampu memberikan seutas senyuman, tak lebih dari itu. Bahkan jika berbicara yang hanya sekedar basa- basi hampir belum pernah sama sekali. Mereka telah saling mengenal sejak kecil, hal tersebut terjadi karena mereka memiliki dunia yang berbeda walau banyak kesamaan diantara keduanya.
Rangga begitulah mereka memanggilnya, Rangga sangat menyukai dunia Seni yaitu musik dan tarian, begitu juga dengan Nayla, bahkan mereka di tempatkan di dalam kursus yang sama oleh orang tua mereka, dan hal yang berbeda adalah Rangga dikenal sebagai seorang pemuda yang dingin, sering membuat kerusuhan, hidupnya selalu diwarnai dengan pertengkaran, dan selalu mendapat peringkat terakhir dikelasnya. Sangat berbanding terbalik dengan Nayla yang sangat ramah dan rajin dan tak heran gadis ini selalu mengisi peringkat pertama dan bahkan selalu mendapat juara umum sekolah.
Malam itu, tubuh Rangga tampak lemah, Nayla yakin bahwa pria itu baru saja mengalami perkelahian, wajahnya tampak lesu dan lemah, Nayla sembunyi - sembunyi memerhatikan pria itu, di lain sisi Ranga bahkan tidak mengetahui keberadaan Nayla yang sedari tadi berada di seberangnya dan sedang memerhatikan pria itu dengan seksama.
Rangga membaringkan tubuhnya di sebuah kursi santai yang terbuat dari rotan itu, terasa dingin dan sejuk sebaring merentangkan kaki dan tangannya, untuk melepas lelah, dan rasa sakit yang ditahannya. Dan tiba - tiba sebuah pesan singkat masuk ke handphonenya yang diletakkan di meja, tak jauh dari posisinya berbarinh.
" kompres wajahmu yang bengkak dengan es batu, itu akan meredakan sedikit rasa nyeri "
08.23 pm, Pesan singkat dari Nayla
" loe liat gue,? Loe lagi dimana? "
08.25 pm, Balas Rangga.
" berkelahi lagi, ? Cepat lakuin, sebelum makin parah, dan nanti kalau tante tau, dia akan marah lagi. "
08.26 pm,Balas Nayla
" loe dimana sekarang, keluar dong "
08.26 pm, Blas Rangga lagi, sambil melirik ke kamar di hadapannya mencari sesosok gadis yang merupakan tetangganya itu. Tapi nihil, tak ada siapapun disana. Lalu sebuah pesan baru masuk.
"Sudah malam, cepatlah tidur "
Jawab Nayla
" baiklah, terimakasih☺"
Rangga segera masuk ke kamarnyadan hanya itu yang di lihat nayla, dan setelah itu sosok Rangga tak terlihat lagi dan tak lama,kemudian lampu kamarnya mulai mati, dan melihat keadaan tersebut Nayla bangkit dari posisinya dan bergegas kembali ke dalam kamarnya, ternyata Rangga masih memperhatikan sosok gadis yang baru saja keluar dari persembunyiannya itu, dan gadis itu adalah nayla.
. Dia sangat pandai bersembunyi, memang gadis aneh.
Pikir rangga dalam hati.
Lelaki itu telah berhasil mengelabui nayla, rangga kembali meraih handphonenya dan mencoba untuk menelfon nayla, tapi keadaan berkata lain, pulsa tak lagi tersisa, rangga tak memiliki akses lain untuk dapat menghubungi gadis itu. keinginannya pun di urungkan, rangga menganbil switernya yang berwarna abu - abu yang tersangkut digantungan dekat lemarinya dibagian pojok kamar yang berwarna kream , lalu berjalan keluar dari kamarnya dan turun menuju ruangan tengah rumahnya yang sangat indah ditambah lampu- lampu yang menambah kemewahan dari rumah itu.
" rangga, kamu mau kemana? " sebuah suara muncul dari balik ruang dapur, yang letaknya jauh dari posisi raangga berada.
" mau nyari angin, " jawab rangga dengan malasnya, dan segera pergi agar wanita tersebut tak menanyakan hal apapun lagi.
" nyari angin malam - malam gini, kurang dingin apaan kamu, didalam aja dingin banget. "
" bukan kurang, tapi gak cukup. "
" apa kamu bilang "
" gak ada, dah aku mau pergi "
" eehh anak nakal, tunggu... " jerit wanita itu mengejutkan langkah rangga.
" apalagi ma... "
" nih tolong anterin bubur ini ke rumah nayla, buruan selagi masih panas. " wanita itu menyodorkan semangkuk besar bubur jangung yang sangat panas karena baru selesai dimasak.
" ma, kenapa harus rangga. "
" yah, kan kamu mau keluar, sekalian gih. "
" gak, aku mau pergi. "
" rangga... " bujuk wanita itu lagi dengan lembut dan penuh rayu.
" arrrgggggg" dengan sanat terpaksa rangga mengambil mangkuk itu dan membawanya pergi menuju rumah disebelahnya.
Rangga mengambil jalan pintas dapat masuk kerumah itu tanpa harus keluar masuk pintu pagar, karena disisi samping antara halaman keduanya ada sebuah pintu khusus, dan rangga segera bergegas menyusuri jalanan sempit hingga kini dia telah berdiri tepat didepan pintu rumah tersebut, tanpa dikoordinir pintu itu terbuka dengan sendirinya, rangga agak terkejut sedikit dan tampak disana seorang gadis yang sedikit lebih rendah darinya, dengan ramput panjang yang dikuncir satu, mengenakan switer pink, " naya" itulah satu hal yang terlentas dibenak rangga saat itu.
" ada apa? "
" bubur, dari mama"
" oh sebentar .ya. mboook! " Nayla berteriak denagn cepat.
" ia nay, ada apa? "
" ni ada bubur dari tante sekar"
" oh iya iya, eh ada nak rangga ayo masuk dulu"
" eh iya mbok, gak usah, saya harus pergi sekarang "
" oh begitu, yasudahlah, mbok masuk dulu ya. "
" ia, mbok slamat malam" sapa rangga dengan ramah. Disisilain nayla berlalu dan bergerak keluar dari pagar rumahnya, tanpa sepatah katapun dikeluarkan untuk hanya sekedar berbasa- basi dengannya. Rangga juga tak berniat memulai pembicaraan jadi mereka hanya terdiam dan melakukan kegiatan masing - masing,
To be continue............
Komentar
Posting Komentar