Part 5,
Malam mulai larut, udara semakin dingin bulan dan bintang mulai terlihat bercahaya di balik awan tipis yang perlahan berlalu, mereka berhenti di sebuah kedai roti yang tak jauh dari rumah mereka, walau berjalan terpisah tapi tanpa disadari tujuan mereka sama, yaitu kedai roti yang bertempat di seberang jalan raya, dan tampak penuh saat malam itu, semua mejanya telah dipenuhi oleh para pelanggan.
Mereka bersama berdiri tepat di pintu masuk kedai klasik itu, tanpa saling menghiraukan satu sama lain mereka menuju tempat pemesanan untuk memesan beberapa roti coklat hangat, sambil menunggu pesanannya siap, nyala berjalan perlahan dan duduk disalah satu kursi yang jauh dari keramaian, sedangkan Rangga masih setia menanti di dekat meja kasir, ia melihat ke sekitar kedai dan mencoba mengenali beberapa orang yang pernah ia lihat sebelumnya. Tidak sia-sia, ia menemukan sesosok wanita cantik yang juga melirik dengan seutas senyuman manis kepadanya, mereka pun saling memberikan kode, dengan lambaian tangan yang bersahabat, dan dilain sisi, nayla mulai mendekat ke kasir untuk membayar pesanannya. Sedangkan rangga hanya melirik acuh kearah nayla yang berdiri tepat disampingnya.
"Kamu punya masalah dengan ku "
" jika sudah selesai pulanglah , berlama- lama diluar tidak baik untuk mu " jawab rangga tegas.
" hey sayang, kamu ngapain disini " andien mendekat dan menyadari kehadiran nyala ditempat itu.
Tanpa berkata- kata lagi, nayla langsung membalikkan pandangannya dan beralih menjauhi keduanya. Gadis ini mencari pintu keluar, dan berjalan mendekatinya namun tiba- tiba sebuah tangan yang sangat lembut dan dingin meraih tangan kiri nayla yang sedang memegang bungkusan roti yang baru saja dibelinya.
" siska kamu ngapain disini " nayla bertanya refleks saat mengetahui pemilik sentuhan itu adalah siska, nayla hampir tak mengerti apa yang baru saja dilihatnya yaitu siska yang tadi pagi tidak hadir ke sekolah dan menurut kabar saat ini gadis ini sedang berada di rumah sakit untuk menjalani perawatan intensif.
" bunda nyuruh beli roti, ya makanya aku disini. "
" bukannya seharusnya kamu di rumah sakit, "
" emang siapa yang dirumah sakit "
" sis, kamu apaan sih, bukanya kamu sakit dan lagi dirawat "
" hah? Dirawat? Dirumah sakit ? Siapa yang bilang ? Hahahhaha" siska bertanya heran dan menertawakan kebingungan yang sedang memenuhi otak nayla sahabatnya.
" trus, kamu tadi gak sekolah kenapa ? "
" hahah, hujan nay, "
" hah, cuma karna hujan gerimis gak jelas gitu "
" gerimis apaan buk, Bundaran HI aja banjir, "
" trus Bundaran HI banjir, ada masalah gitu buat kamu? "
" ihh, kok dipermasalahkan sih, kan aku cuma libur sehari nay!!! "
" bukan liburnya yang salah, tapi kenapa kau harus bohong, sok sakit-sakitan sih( sambil mencubit pipi siska yang tembem itu, nayla sangat kesal terhadap tingkahnya ), "
" bukan aku yang bohong, si mak lampir tu yang lebay , aku kan cuma minta dia ngabarin aja,"
" ica maksud kamu? "
" iya udah lah, aku minta maaf ya nay, please !!! "
" iya,iya den gak usah do bahas , ngomong - ngomong kamu datang sama siapa ? "
" aku sendiri sih, kamu sama rangga ? "
" rangga? " nayla melirik kebelakang dan terlihat sepasang kekasih itu saring bermanjaan, dibalik tatapan menyeramkan nayla, ada sedikit tawa menggelikan, yang dilihatnya adalah, betapa bodohnya rangga saat bersama gadis pujaannya itu, rangga yang dingin, keras dan cuek, berubah menjelma bagai seorang pangeran yang centil dengan permaisuri yang gagah disisinya. Nayla juga mulai membayangkan hal- hal yang aneh lainnya.
" gak, aku sendirian " sontak jawab nayla.
Nayla dan siska tampak tertawa sambil melirik perlahan kearah rangga dan andien yng masih berbincang di kursi tunggu dekat kasir, entah apa yang mereka bicarakan, tapi itu sungguh mengundang gosip dari pihak nayla, tanpa disadari rangga mengetahui apa yang dilakukan kedua gadis itu,hanya berdiri didepan pintu keluar, tertawa dan sedikit melirik ke arah rangga, apalagi yang mereka lakukan selain membicarakan hubungan rangga dan andien.
Rangga yang mulai terganggu pun melihat kedua gadis itu sudah saling berpamitan begitu juga dengan andien yang akan segera pulang dengan teman- temannya dan mengakhiri pembicaraan mesra antara mereka, setelah melepas kepergian andien bersama teman- temannya rangga dengan cepat mengikuti langkah nayla yang sudah menghilang jauh dari jangkauannya.
Rangga segera menyusul dengan sedikit gerakan yang dipercepat, lelaki itu melirik ke segala arah, dan mencari- cari sosok nayla, tapi tak juga ditemukan.
" kemana, hilangnya gadis itu, "
Dan tepat diujung jalan yang sepi itu terlihat sekelompok pemuda yang sedang tertawa dengan nada yang sangat keras, rangga berniat menghampiri untuk sekedar bertanya. Apakah mereka melihat kemana arah perginya nayla, tetapi langkahnya seketika terhenti saat menyadari diantara mereka ada seorang gadis disana, dan dugaan yang tepat, gadis berambut panjang yang terkuncir, mengenakan piama dan switer merah muda, memang tak terelakkan lagi, gadis itu adalah nayla.
Rangga segera berlari kearah kelompok itu, dan melihat nayla yang sedang ketakutan dan juga beberapa pemuda yang hendak menyentuh nayla. Sebuah kepalan tinju mendarat tepat di pelipis pemuda tak dikenal itu, nayla yang sebelumnya tak menyadari kehadiran rangga kini menjauh dan mencoba mencari bantuan.
Pemuda itu berjumlah 4 orang, penampilan mereka sama, tampak seperti preman dengan masing- masing mengenakan jaket kulit hitam yang sangat menyeramkan. Umur mereka berkisar 30 an.
Diantara mereka terjadi pertempuran yang sangat sengit, dan mengerikan. Rangga memang seorang petarung yang hebat, dia satu persatu menjatuhkan pemuda yang lebih tua darinya itu dengan pukulan - pukulan yang sangat menyakitkan dan mematikan. Tapi kekuatan mereka belum sepenuhnya dapat ditaklukkan oleh rangga. Nayla menyaksikan segalanya, ia tak dapat melakukan apapun, ia sangat mengharapkan bantuan tapi nihil tempat itu sangat sepi dan tak mungkin nayla meninggalkan rangga sendiri dalam situasi genting seperti ini untuk mencari bantuan, jadi yang dapat dilakukan gadis itu sekrang hanyalah berdoa dan berharap tak kan terjadi apa- apa pada mereka.
Rangga mengalami kesulitan, tak ada pilihan lain rangga harus segera mengakhiri pertempuran itu, ia sudah sangat kelelahan, tapi dari kedua belah pihak tak mampu untuk saling mengalah.
Sehingga jalan lain yang dapat dilewati adalah dengan.....
Lari menjauh, rangga segera mendekat kearah nayla dan menarik tangannya,. Nayla tak mampu melakukan apapun, berlari? Jika hanya itu pilihannya, mau tidak mau harus dijalankan demi bertahan hidup atau tidak mereka akan dihabisi oleh para preman kompleks itu.
"Woy, kalian berhenti," salah satu diantara mereka berteriak keras ke arah larinya nayla dan rangga, yang tak disangka ternyata mereka tak cukup membonyokkan rangga, tetapi ikut mengejar. Ketajaman mata mereka tampak dingin dan membunuh. Kini mereka berada di situasi yang lebih serius, kecepatan dan keberuntungan itulah yang sangat diharapkan rangga, ia tak mungkin menyerah, mengingat nayla bukanlah pelari yang baik, baru sebentar berlari, gadis itu sudah sangat kelelahan, ia tak dapat lagi mengatur laju napasnya, kecepatannya pun mulai melemah, dan hal itu sangat tidak tepat, melihat lagi kebelakang para preman itu masih belum berhenti mengejar, sekali - kali mereka berteriak untuk memberhentikan laju dari rangga yang menyeret nayla mengikutinya. Jarak tempat mereka pun tak jauh lagi dari kompleks rumah mereka, sedikit lagi itulah yang dioptimalkan di pikiran rangga dan memberikan sedikit dorongan kepada nayla untuk tetap bertahan sampai di gerbang kompleks, disana di jaga oleh beberapa security dan mereka berharap akan selamat setelah sampai disana.
Tapi sangat disayangkan, rangga yang berlari didepan tersandung batu yang cukup besar tepat menutupi jalan yang akan dilaluinya, pemuda itu terjatuh begitu juga dengan nayla yang tertarik oleh rangga dan ikut jatuh bersama untunglah preman itu sudah tertinggal jauh, dan dengan sedikit menahan sakit, nayla merangkul bahu rangga yang datar dan merujuknya ke bawah sebuah pohon yang sedikit tertutup dari arah jalan tersebut, setidaknya mereka dapat bersembunyi dari kejaran preman itu, walaupun kemungkinan ketahuan sangatlah besar, dan hanya itulah satu- satunya jalan yng bisa mereka lakukan,
" Rangga kamu gak kenapa- napa kan?, bertahanlah!! " Nayla bertanya dengan napas agak tersendat dan keringat yang membanjiri wajah dinginnya itu, ditambah gerimis yang sudah mulai turun, sedangkan Rangga hanya dapat menahan keluhan rasa sakit yang sangat menyiksa itu.
Nayla terus berusaha mengangkat tubuh rangga yang sangat berat itu, sekarang mereka telah bersembunyi tepat dibelakang pohon yang di rasanya tak akan terjangkau oleh mereka.
To be continue..........
Komentar
Posting Komentar